Rabu, 24 April 2013

GAGAL GINJAL


GAGAL GINJAL

·         FAKTOR RESIKO GAGAL GINJAL
Faktor yang dapat meningkatkan risiko gagal ginjal kronis, antara lain:
  •      diabetes
  •      Tekanan darah tinggi
  •      penyakit jantung
  •      merokok
  •      kegemukan
  •      kolesterol tinggi
  •      Ras Afrika-Amerika, penduduk asli Amerika atau ras Asia-Amerika
  •      Riwayat keluarga dengan penyakit ginjal
  •      Usia 65 tahun atau lebih
·         DIAGNOSIS
    1. Laboratorium :
a. Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan hipoalbuminemia.  
    Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
b. Ureum dan kreatini : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan kreatinin kurang 
    lebih 20 : 1. Perbandingat meninggi akibat pendarahan saluran cerna, demam, luka bakar 
   luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini berkurang  ketika 
  ureum lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah protein, dan tes Klirens Kreatinin yang 
  menurun.
c. Hiponatremi : Umumnya karena kelebihan cairan. Hiperkalemia : biasanya terjadi pada 
    gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunya dieresis
d. Hipokalemia dan hiperfosfatemia: terjadi karena berkurangnya sintesis vitamin D3 pada  
    GGK.
e. Phosphate alkaline : meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama isoenzim 
    fosfatase lindi tulang.
f. Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia : umunya disebabkan gangguan metabolisme dan 
   diet rendah protein.
g. Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolism karbohidrat pada gagal ginjal 
    ( resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer ).
h.Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan peninggian hormone  
   insulin dan menurunnya lipoprotein lipase.
i. Asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi menunjukan Ph yang menurun, BE yang 
  menurun, HCO3 yang menurun, PCO2  yang menurun, semuanya disebabkan retensi 
  asam-asam organic pada gagal ginjal.
   2. Radiology
               Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal ( adanya batu atau adanya suatu obstruksi ). Dehidrasi karena proses diagnostic akan memperburuk keadaan ginjal, oleh sebab itu penderita diharapkan tidak puasa.
      3. IIntra Vena Pielografi (IVP)
Untuk menilai system pelviokalisisdan ureter.
      4.  USG
Untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
     5.  EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia)


a. Terapi farmakologi
Dengan menggunakan obat steroid yaitu prednisone dengan dosis 60 mg / m2 / day sampai protein dalam urin hilang lalu digunakan dosis pemeliharaan 40 mg/m2/day dengan mekanisme aksi prednison adalah agonis glukokortikoid, ini adalah pertama dimetabolisme dalam hati untuk membentuk aktif, prednisolone. Prednisolone melintasi membran sel dan berikatan dengan afinitas tinggi terhadap reseptor sitoplasma tertentu. Hasilnya meliputi penghambatan infiltrasi leukosit pada tempat inflamasi, gangguan pada fungsi mediator dari respons inflamasi, penekanan respon imun humoral, dan pengurangan edema atau jaringan parut. Tindakan antiinflamasi kortikosteroid diduga melibatkan protein fosfolipase hambat A2, lipocortins, yang mengontrol biosintesis mediator poten dari peradangan seperti prostaglandin dan leukotrien.


b. Terapi non farmakologi
Melakukan beberapa diet :
1. Diet kalori
2. Diet garam
3. Diet protein
4. Diet lemak

Sumber:
Farmakologi Terapan